Monday, October 13, 2014

Aku Suci

Gadis kecil, mungil nan ayu terpaku di pojokan kamar mandi. Wajahnya menyiratkan kepedihan dan ketakutan. Kudekati dan kumulai mengelus rambutnya.
"Apa yang kamu lakukan di sini, Nak?" aku bertanya sambil terus mengusap rambut panjangnya.
Gadis itu tak menjawab dan hanya memandangku. Bibirnya mulai bergetar, mukanya mulai memerah, dan air matanya pun mulai jatuh. Kupeluk gadis itu dan seketika tangisannya pecah.
Perlahan-lahan aku mengajaknya berdiri dan mulai berjalan menuju tempat duduk di samping rel. Kuberikan segelas teh hangat yang tadi sempat aku beli di seberang jalan tempat ini. Setelah sedikit lega, aku mulai bertanya kembali.
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Lama dia terdiam dan di saat aku akan bertanya kembali, aku mulai melihatnya membuka mulut dan sepertinya ingin menjawab semua keingintahuanku.
"Siapakah aku ini? Aku sendiri tanpa ada satu orang pun yang perduli. Di mana Ibu dan Bapakku? Apakah mereka semua tidak peduli kepadaku?"
Aku terpaku. Tak mengerti apa yang dikatakannya. Dia hanya seorang gadis kecil yang mungkin masih berumur 10 tahun. Tapi, mengapa dia berbicara seperti itu? Rasa penasaran ini semakin membuncah. Seperti seorang reporter, aku mulai memberondongnya dengan beberapa pertanyaan.
"Sebenarnya kamu siapa? Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa setiap hari aku melihatmu di sini?"
"Aku hanya seorang gadis kecil. Namaku Suci, tapi apakah aku berasal dari sebuah janji suci?" Gadis itu sama sekali tak memandangku sebagai lawan bicaranya.
"Kenapa kau berkata seperti itu? Apa kamu mengerti dengan apa yang kamu katakan?"
"Aku tak tahu siapa Ibu dan siapa Bapakku. Mereka semua bilang aku anak haram yang ditinggal kedua orang tuanya karena mereka tak menginginkan aku ada. Semua orang yang melakukan janji suci pasti mengharapkan kehadiran seorang anak. Tapi mengapa mereka tidak mengharapkanku?"
Aku tertegun. Bulu kudukku mulai berdiri. Air mataku pun juga mulai keluar dari persembunyiannya.
"Lalu, apa yang kamu lakukan di sini? Di mana rumahmu?"
"Aku menunggu keajaiban dari Tuhan yang mungkin mendatangkan orang tuaku. Makanya aku menunggunya di sini. Kau pasti tahu di mana rumahku. Aku tak punya orang tua ataupun saudara. Rumahku di seberang tempat ini. Rumah megah dengan beribu malaikat."
Ya, gadis ini menanti kedatangan orang tuanya yang selalu dia impikan. Oh Tuhan kabulkan semua doanya untuk bertemu dengan orang tuanya. Jadikan semua mimpinya ini nyata.

No comments:

Post a Comment